Ada beberapa jenis baby walker, namun yang yang paling umum adalah baby walker berbentuk rangka besi bulat beroda, 'tatakan' penopang tangan terbuat dari plastik/fiber, dilengkapi dengan tempat duduk dari kain yang mempunyai 2 lubang untuk memasukkan kaki anak... sehingga anak bisa mengayuh kaki-kakinya untuk bergerak di lantai.
Kesannya praktis, selain bisa bermain bayi bisa bebas bergerak kesana-kemari para orangtuapun pada umumnya beranggapan bahwa baby walker dapat membantu balita-nya belajar berjalan dan mereka tidak perlu repot dan sakit pinggang untuk 'menatih' anaknya atau bahkan dapat mengerjakan pekerjaan rumahtangganya tanpa harus mendampingi si kecil setiap saat.
Ribuan Kasus Kecelakaan
Menurut fakta penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1997 sekitar 14,000 kasus balita masuk rumah sakit akibat kecelakaan dalam menggunakan baby walker. Termasuk kasus 34 kematian bayi akibat kecelakaan baby walker dari tahun 1973 hingga 1998.
Beberapa kecelakaan yang terjadi akibat penggunaan baby walker, antara lain :
- meluncur/menggelinding di tangga atau permukaan tidak rata. Kemungkinan besar kecelakaan ini mengakibatkan bahaya jatuh, patah tulang dan luka serius di kepala.
- terjepit. Jari-jari kaki atau tangan anak bisa terjepit atau terkilir pada saat melewati permukaan yang bercelah. Contoh: terjepit celah pintu, laci atau bahkan jatri-jari kaki bisa saja terjepit roda-roda baby walker itu sendiri.
- terkena benda panas. Ketika menggunakan baby walker, anak bisa leluasa meraih benda-benda disekitarnya termasuk benda-benda panas yang dapat membahayakan dirinya. Contohnya: tersiram air panas, terkena setrika panas.
- meraih obyek berbahaya. Dengan baby walker-nya, anak bisa leluasa meraih benda-benda berbahaya spt: gunting, pisau atau garpu yg tergeletak di atas meja, misalnya.
- tenggelam. Tanpa disadari anak meluncur (dengan baby-walker-nya) ke kolam renang, bath tub atau toilet.
Dampak Negatif Penggunaan Baby Walker :
Walaupun belum ada penelitian khusus mengenai penggunaan baby walker, namun beberapa ahli kesehatan anak, psikolog maupun ahli tumbuh kembang anak, menyatakan dampak negatif mengenai penggunaan baby walker, antara lain :
- Menyebabkan kelainan kaki:Dalam
penggunaan baby walker, anak hanya menggunakan sebagian serabut
otot-otot betis saja. Sedangkan untuk belajar jalan dengan lancar dan
benar, fungsi otot-otot kaki seperti otot paha, otot pinggul dan otot
betis juga harus dilatih.
Jika proses pelatihannya tidak benar, justru dapat menyebabkan proses kemampuan berjalan bayi menjadi lambat. - Menyebabkan Kelainan Tulang PahaKebiasaan bayi yang duduk mengangkang pada baby walker diduga dapat menyebabkan kelainan pada tulang paha, sehingga anak berjalan seperti bebek alias berjalan mengangkang.
- Menyebabkan Anak Malas BerjalanSecara psikologis, anak sudah terbiasa 'ke-enakan' menggunakan baby walker dimana anak bebas berjalan kesana kemari tanpa usaha menjejakkan kaki . Kecenderungan ini bisa jadi anak jadi malas belajar berjalan sehingga dapat pula mengakibatkan kelemahan pada otot-otot tungkai.
Cara terbaik untuk melatih anak berjalan adalah secara alamiah, karena dapat melatih 100 persen serabut motorik otot, seperti otot betis, paha maupun pinggul. Pada saat latihan berjalan sebaiknya dilakukan dengan bertelanjang kaki, gunanya untuk melatih koordinasi jari-jari kaki anak.
Anak jatuh-bangun ketika belajar jalan adalah proses yang wajar, anggap saja sebagai pengalaman anak. Biarkan anak berjalan merambat sambil berpegangan tangan sepanjang perabotan rumah seperti kursi atau meja.
Jika sudah mulai berjalan lancar, boleh juga anak belajar jalan di permukaan yang berbeda namun aman, seperti di atas rumput atau tanah yang bebas dari kotoran (binatang) dan benda-benda berbahaya seperti pecahan kaca, paku, sampah, dll.
Selain anak melatih anak untuk lebih bereksplorasi dengan lingkungan baru, cara ini baik juga untuk melatih syaraf-syaraf pada kaki anak.
Yang harus diperhatikan saat anak belajar berjalan :
- Lantai bersih dari partikel yang dapat melukai anak atau tidak terlalu licin untuk mencegah anak trauma/takut belajar berjalan jika terpeleset.
- Ruangan bebas dari benda-benda yang berbahaya, kalo perlu singkirkan benda-benda diatas perabot yang bisa terjangkau oleh anak-anak.
- Jangan memaksa anak jika ia belum mau berdiri atau mulai menjejakkan kaki
- Berilah pujian atau pelukan sayang kepada anak, agar anak semangat berlatih. Jika terjatuh, tetap berikan semangat dan hiburlah dengan sabar agar anak tidak trauma untuk latihan berjalan
Orangtua harus mengetahui proses tahapan perkembangan kemampuan fisik anak. Jadi apabila terjadi keterlambatan pertumbuhan anak, dapat segera terdeteksi. Berikut adalah tahapan perkembangan motorik kasar pada anak secara garis besar :
- Usia 0 – 1,5 bulan : Bayi sudah bisa mengangkat kepala sekitar 45 derajat
- Usia 1,5 – 3,5 bulan : Kemampuan mengangkat kepala meningkat sampai 90 derajat. Jika bayi disandarkan ke tubuh kita dalam posisi duduk, maka kepalanya sudah mampu tegak.
- Usia 3,5 – 4,5 bulan : Dalam posisi tengkurap, bayi sudah mampu mengangkat dadanya. Dia bisa bisa tengkurap dan membolak-balik tubuhnya sendiri.
- Usia 5 bulan : Bayi sudah dapat duduk dengan ditopang punggungnya.
- Usia 6 – 8 bulan : Bayi mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Pada umumnya diusia ini bayi mulai belajar merangkak. Catatan: Merangkak bukan merupakan tonggak perkembangan utama. Bila bayi tidak melalui tahap merangkak maka bukan suatu kelainan karena beberapa ayi yang tidak melalui fase tahap merangkak terbukti mengalami perkembangan motorik yang normal.
- Usia 7,5 – 10 bulan : Bayi mulai berusaha belajar berdiri dengan berpegangan pada tepi meja atau kursi. Beberapa anak sudah ada yang mulai berlajar berjalan dengan cara merambat maupun berjalan beberapa langkah
- Usia 12 – 15 bulan : Anak sudah mampu berjalan tanpa harus berpegangan.
dari berbagai sumber: parenting.ivillage.com/baby/safety; mother&baby ; artikel bayi sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar