Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:
ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ
“Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia “(QS. Al-Kahfi:46)
Ya tentu saja, anak adalah perhiasan
kehidupan dunia. Betapa jiwa kita merasa bahagia menyaksikan mereka dan
hati pun bergembira saat bercanda ria dengan mereka.
Namun waspadalah, sebab anak adalah fitnah (ujian).
Dan Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:
إِنَّمَآ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَأَوۡلَـٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ۬ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥۤ أَجۡرٌ عَظِيمٌ۬
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-Taghaabun:15)
Jangan kita terpedaya!
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat
Allooh Subhannahu Ta’ala. Ia menjadi angkuh dan berbangga diri karena
anaknya, merasa paling tinggi dari orang lain. Ia sombong dan takabbur,
bahkan merendahkan orang lain dan berlaku aniaya. Maka hal itu hanya
mengantarkannya ke neraka.
Simak firman Allooh Subhannahu Ta’ala berikut ini:
(وَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِى قَرۡيَةٍ۬ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَـٰفِرُونَ (٣٤
(وَقَالُواْ نَحۡنُ أَڪۡثَرُ أَمۡوَٲلاً۬ وَأَوۡلَـٰدً۬ا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ (٣٥
(قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (٣٦
وَمَآ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَلَآ
أَوۡلَـٰدُكُم بِٱلَّتِى تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ
ءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ
(لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ وَهُمۡ فِى ٱلۡغُرُفَـٰتِ ءَامِنُونَ (٣٧
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi
peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
berkata:”Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk
menyampaikannya”.
Dan mereka berkata:”Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan di azab”.
Katakanlah:”Sesungguhnya Rabb-ku
melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi
siapa yang dikendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Dan sekali-kali bukanlah harta dan
bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami
sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan yang berlipat ganda
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang tinggi (dalam jannah). (QS. Saba’: 34-37)
Anak, kerap kali mendorong ayah untuk meghalalkan usaha yang haram. Demi masa depan anak katanya…
Ia pun berusaha keras mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, dengan
segala cara, sekalipun ia harus mendzhalimi yang lemah, memusuhi manusia
atau memutus tali silaturrahim.
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi kikir dan penakut. Saat ingin
bersedekah, setan datang kepadanya seraya berkata,”Anakmu tadi minta
ini dan itu! Maka demi anaknya, ia pun urung menginfakkan hartanya di
jalan Allooh Subhannahu Ta’ala. Padahal yang diminta oleh anaknya itu
bukanlah suatu kebutuhan primer.
Benarlah sabda Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam:
“Sesungguhnya anak bisa membuat seseorang menjadi bakhil, penakut, jahil dan bersedih.” (HR. Al-Hakim (5284) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’(1990))
Ketika ia harus mengatakan kalimat yang hak, ia berfikir dua kali. Ia
takut petaka akan menimpa dirinya dan anak kesayangannya. Ia pun memilih
diam daripada menyampaikan kebenaran.
Ketika anak jatuh sakit, rasa iba
mendorong orang tua bertindak bodoh, melanggar syari’at agama dengan
ucapan maupun perbuatannya, mengugat takdir Allooh dan tidak menerima
ketetapan-Nya. Ia pun membawa anaknya ke dukun padahal Nabi melarang
pebuatannya itu.
Yang parah lagi, ada pula anak yang mendorong orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran, Wallaahul musta’an.
Perhatikanlah orang yang tertipu disebabkan anak-anaknya dan tidak
mensyukuri nikmat Allooh ini! Ia adalah seorang kafir Makkah bernama
Khalid bin Mughirah. Allooh Subhannahu Ta’ala berkata tentangnya:
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.
Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,
dan anak-anak yang selalu bersama dia,
dan Ku-lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,
kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.
Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Qur’an).
Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (QS. Al-Muddatstsir: 11-17)
Dia adalah lelaki yang dikarunia anak-anak dan Allooh menjadikan ia
selalu bersama mereka untuk mengais rizki. Bahkan rizki lah yang
mengelilinginya. Dan anak-anaknya senantiasa berada di sisi nya menjadi
hiburan baginya. Walau demikian, ia tidak mensyukuri nikmat Allooh,
bahkan dibalasnya dengan kekufuran.
Akibatnya, Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:
Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar.
Tahukah kamu apa (naar) Saqar itu
Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.
(Naar Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (QS. Al-Muddatstsir: 26-29)
Lalu bagaimana caranya agar kita terhindar dari fitnah (godaan) ini?
Jadikanlah cinta pertama kita untuk Allooh Subhannahu Ta’ala. Jadikan
manusia yang paling kita cintai adalah Rosul-Nya dan bertakwalah kepada
Allooh dalam mengurus mereka.
Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam mengajarkan bahwa di antara
yang dapat menghapuskan keburukan akibat godaan anak adalah mengerjakan
sholat, puasa, shodaqoh dan beramar ma’ruf nahi munkar. Rosulullooh
Shololloohu ‘alahi Wassallam bersabda:
“Gangguan menimpa seseorang disebabkan keluarga, harta, anak, diri
dan tetangganya dapat dihapuskan oleh puasa, sholat, shodaqoh dan
beramar ma’ruf nahi munkar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Walloohu a’lam bish showab.
*Ditulis ulang oleh Ummu Tsaqiif al-Atsariyyah dari buku “Mencetak Generasi Robbani, Pustaka Darul Ilmi untuk jilbab.or.id*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar